Begini Perilaku Berlalu Lintas yang Mendukung Keselamatan di Jalan Raya



Jakarta, kota yang telah berdiri selama 491 tahun memiliki segudang cerita, mulai dari padatnya penduduk, kondisi jalan yang penuh dengan kendaraan dan segudang masalah lainnya. Meski begitu, Jakarta tetap menjadi kota yang diminati segala lapisan masyarakat, banyak masyarakat yang berurbanisasi demi menggantungkan nasibnya di Ibukota ini. Berbagai ragam budaya dan suku dapat dijumpai di Jakarta, mereka melakukan aktifitas sehari-hari dengan perilaku dan kebiasaan mereka masing-masing.

Semakin majunya teknologi, semakin memudahkan kita untuk beraktivitas sehari-hari. Salah satunya, dengan menggunakan kendaraan bermotor. Meningkatnya daya beli masyarakat membuat mudahnya seseorang untuk memiliki kendaraan bermotor di Indonesia, khususnya Jakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, penduduk DKI Jakarta berkisar 10,18 juta jiwa. Jadi, kendaraan yang ada di ibukota negara ini sekitar 20 juta lebih kendaraan bermotor. Itu masih perhitungan kendaraan berupa sepeda motor, belum mobil.

Pengguna jalan yang mengikuti perkembangan zaman ingin bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Dengan berbagai latar belakang budaya, kebiasaan dan perilaku seperti di daerah asal masing-masing, dalam berlalu-lintas cenderung egosentris dan tidak memperhatikan etika berlalu-lintas, hal ini akan membahayakan keselamatan baik pengendara, pejalan kaki maupun penyeberang jalan jika mereka tidak tertib berlalu-lintas.

Sabagai contoh konkrit yang biasa kita temukan di jalan-jalan protokol, hampir 100% pengguna kendaraan bermotor tidak bersedia memperlambat kendaraan mereka saat melewati Zebra-cross meskipun melihat ada orang yang sudah jelas-jelas sedang menyeberang, masih banyak pengendara motor yang tidak menggunakan helm dengan alasan jarak tempuh perjalanan yang tergolong dekat dan masih banyak pengedara motor ataupun mobil yang dengan sengaja melanggar simbol aturan berlalu lintas walau sebenarnya sudah paham makna dari simbol tersebut.

Data Kepolisian RI menyebutkan, keterlibatan sepeda motor mencapai sekitar 70% dari total kasus kecelakaan lalu lintas jalan. Ditambah lagi dengan pertambahan jumlah kendaraaan bermotor roda-dua di Indonesia kini mencapai 24-30% dalam waktu satu tahun, dan tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai seperti akses jalan yang tidak lebar, banyak jalan berlubang yang belum diperbaiki dan lain-lain.

Menurut Sutomo (1999), penyebab terjadinya kecelakaan lalu-lintas di jalan raya dapat dibedakan menjadi empat faktor yaitu: 1) faktor manusia; 2) faktor kendaraan; 3) faktor jalan dan 4) faktor lingkungan. Ternyata faktor manusia merupakan faktor yang terbesar penyebab kecelakaan di tahun 1997 yaitu sebesar 90,6%. Hal ini disebabkan oleh pengemudi yang mempunyai pengetahuan dan sikap di dalam mengemudikan kendaraan yang masih sangat buruk.

Untuk itu, sebagai pengendara motor maupun mobil kita harus sadar akan perilaku yang mendukung keselamatan di jalan raya agar dapat mengurangi setidaknya angka dari kecelakaan berlalu lintas dan sebagai bentuk menyayangi diri sendiri serta orang-orang di sekitar. Perilaku apa saja yang dapat mendukung kesalamatan berlalu lintas, diantaranya sebagai berikut :

1. Memiliki Rasa Tanggung Jawab

Sebagai pengendara motor maupun mobil, kita harus memiliki rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan mengedepankan hak orang lain maupun pejalan kaki, mematuhi segala aturan berlalu lintas adalah bentuk tanggung jawab untuk setiap pengendara seperti membawa surat-surat berkendara, memakai helm atau menggunakan sabuk pengaman, melaju dengan kecepatan yang wajar dan lain-lain.

2. Emosi yang Stabil

Penelitian Sargent (dalam Rahmawati, 1998) menunjukkan bahwa pengemudi truk yang memiliki emosi yang stabil mempunyai taraf kecelakaan yang rendah. Untuk itu, menjaga emosi tetap stabil sangat diperlukan saat berkendara agar tidak mudah terbawa suasana hiruk pikuk jalanan yang seringkali menyulut emosi.

3. Tidak Agresif

Maksud tidak agresif di sini ialah, sabar dalam berkendara. Sikap agresif hanya akan menumbuhkan rasa persaingan, mudah menyerang dan menyalahkan orang lain. sehingga kendaraan yang dikendarai dapat digunakan sebagai alat untuk melampiaskan nafsu agresif untuk menyerang orang lain, sehingga mudah terjadi kecelakaan.

4. Hindari Rasa Percaya Diri yang Berlebihan

Rasa percaya diri yang berlebihan cenderung mudah mengabaikan peraturan, mengabaikan rambu rambu lalu-lintas dan mengendarai kendaraan dalam kecepatan tinggi, kendaraan yang dikendarai berjarak terlalu dekat dengan kendaraan di depannya, saat kendaraan di depannya mengerem mendadak, berkendara sambil bermain handphone akan mudah sekali terjadi kecelakaan.

5. Memahami Kondisi Jasmani dan Rohani

Konsentrasi saat berkendara sangat penting agar pengendara selalu awas dan tidak lengah. Maka dari itu, pahami kondisi badan maupun pikiran yang dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi di jalan. Jika merasa sedang sakit, stress atau mengalami gangguan psikis lainnya diharapkan tidak memaksa untuk membawa kendaraan sendirian.

Yuk, jadi pelopor keselamatan berlalu lintas dengan menerapkan perilaku yang telah dipaparkan di atas. Jadikan budaya keselamatan sebagai kebutuhan teman-teman.
#SiapBerkendara #BeraniPatuh #BeraniAman #BeraniTertib

Komentar

Posting Komentar